Pages

Minggu, 27 Maret 2011

The Last Day for Live

Diheningnya malam ini aku tertegun membayangkan hari esok yang masih penuh dengan misteri. Apakah esok hari yang menyenangkan atau menyedihkan bagiku.
Tuhan menciptakan aku dengan kondisi fisik yang sehat. Semua masih terlihat sehat dari luar, tapi aku tak tahu yang di dalam bagaimana..?? Apakah rapuh ataukah kokoh..??
Kegiatan sehari-hariku hanya kusibukkan dengan kegiatan sosial. Karena aku peduli sama mereka. Aku tak tega melihat kondisi mereka yang jauh dari sempurna. Kegiatanku antara lain membantu para anak jalanan, membantu para korban bencana, sampai mengumpulkan donasi untuk para penderita kanker dan HIV/AIDS.
Untuk anak jalanan kita memberikan mereka pendidikan, agar mereka tidak ketinggalan dengan majunya era Globalisasi pada saat ini. Kalau ada bencana alam kita membantiu para korban supaya mereka tak terlalu trauma dengan bencana itu. Satu lagi yang membuat aku terenyuh adalah para penderita kanker dan HIV/AIDS. Mereka aslinya tak meminta penyakit itu, mereka bingung bagaimana cara mengatasinya.
Kanker dan HIV/AIDS adalah penyakit yang sangat berbahaya. Saking bahayanya bisa mengakibatkan kematian. HIV/AIDS belum ada obat untuk menyembuhkannya. Tapi tak tahu mengapa aku peduli sama para penderita itu.
“Mala... kamu istirahat sana, jangan terlalu capek ntar kamu sakit lho”; kritik Ibu padaku.
“Baik Bu...”; tak banyak omong aku langsung ngelakuin perintah Ibu.
Memang kegiatan ini menyita waktuku. Sampai aku lupa akan waktuku. Tapi bagaiman lagi aku terlanjur suka dengan pekerjaanku.
Hari ini aku mendapat tugas untuk meluluhkan hati pasien HIV/AIDS yang lagi frustasi. Dengan hati-hati aku hampiri dia. Tiba-tiba dia bilang.....
“Aku tak meminta penyakit ini kak, aku tak tahu mengapa Tuhan memberikannya padaku. Semua orang menjauhiku, kata mereka itu kutukan dari Tuhan. Tapi aku rasa aku tak pernah ngelakuin dosa yang terlalu berat selama hidupku. Aku bingung kak.....” keluh dia padaku.
“Kamu tak usah bingung, mungkin ini cobaan dari Tuhan buat kamu. Penyakit ini diberi oleh Tuhan supaya umat-Nya bisa menghadapinya dengan sabar, dan supaya ingat pada yang Kuasa. Kalo kamu masih beranggapan ini kutukan kamu salah. Pasti ada hikmah dari setiap masalah. Satu lagi yang mesti kamu tahu, kamu tak sendiri. Kakak-kakak disini datang karena peduli sama kalian semua”; kucoba kasih perhatian ke dia.
Dia adalah Nimas gadis berusia 12 tahun. Mulai kecil Nimas sudah mengidap HIV/AIDS. Karena waktu kecil dia dilahirkan dari Ibu yang juga menderita HIV/AIDS. Ibunya sekarang sudah meninggal.
HIV/AIDS adalah penyakit yang hanya bisa ditularkan lewat cairan darah,sperma,dan air susu Ibu. Bisa juga karena terkontaminasi jarum suntik bekas penderita HIV/AIDS. Banyak orang yang takut dengan si penderita. Berjabat tangan aja mereka takut. Makan bareng aja juga takut. Tapi selama kita tak terkena cairan si penderita kita takkan tertular.
HIV/AIDS belum ada obat yang bisa menyembuhkannya. Hanya ada antibodi yang bernama ARV (Anti Retro Virus). Antibodi ini cukup mahal. Antibodi ini hanya untuk memperpanjang umur si penderita dan untuk memperkuat kekebalan tubuh si penderita,bukan untuk menyembuhkan. Antibodi ini di minum selama si penderita hidup. Satu hal yang perlu diketahui bagi orang di sekitar penderita. JAUHI VIRUS nya BUKAN ORANG nya.
Hari ini aku lihat Nimas sangat bahagia. Dia terlihat menikmati harinya bersama teman-temanya. Dia bermain, bersendau gurau. Aku seneng ngelihatnya. Tiba-tiba Nimas menghampiriku.
“ Ternyata bener yah kata kak Mala, klo aku nggak sendiri. Masih banyak teman yang peduli denganku. Terimakasih yah kak...”
Nimas langsung memelukku, ku balas juga pelukannya.
Ternyata keceriaan itu hanya berselang satu minggu. Saat aku mendapat kabar kondisi Nimas sangat kritis, aku segera datang ke tempat karantina Nimas. Kulihat wajah sedih di matanya aku tak tega ngelihatnya.
“Kak terima kasih telah membuat hari-hariku indah meski itu tak lama. Aku bangga sama kakak-kakak semua. Dan kini biarkan aku pergi tuk menikmati hari indahku yamg abadi”.
Nimas...
Aku sedih banget ngelihat itu semua. Sampai aku meneteskan air mata.
Selamat jalan Nimas semoga kau tenang di sisi-Nya. Tuhan selalu bersamamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Powered By Blogger

Pengikut