Pages

Senin, 07 November 2011

Pantai Pancer


PANTAI PANCER

Pamanku pergi begitu cepat meninggalkan kita. Sampai kami tak percaya akan kepergiannya. Betapa sedihnya Bibi ditinggal oleh oramg yang sangat ia sayangi. Bibi serasa kehilangan separuh jiwanya dalam kehidupannya.
100 hari setelah kepergian Paman, Bibi berencana untuk pulang ke kampung halamannya di Banyuwangi. Bibi ingin memulai kehidupan baru di sana. Aku seperti anak Bibi sendiri, so aku diajak kesana. Untunglah Orangtuaku mengizinkan. Pasti Nenek senang karna tak kesepian lagi.
Saatnya pergi ke ujung Jawa Timur. Rasanya berat sekali meninggalkan semuanya. Tapi ini sudah keputusan, aku tak mau mengecewakan Bibi, yang selama ini telah membantu kami.
Banyuwangi terkenal akan keindahan Pantainya. Hal ini yang membuat aku penasaran, maklumlah kebanyakan tinggal di Pegunungan. Dan Bibi akan membuka usaha warung kecil-kecilan di Kota ini. Hitung-hitung buat kehidupan kita ntar. Nenek senang banget akan kedatangan kami. Nenek menyuruhku untuk jalan-jalan di pantai. Tahu aja nenek kalau aku ingin kesana.
Setelah bangun tidur aku bergegas untuk ke pantai melihat matahari terbit di sana. Pantai tak jauh dari rumah, dengan sepeda pancal aku pergi ke pantai. Aku duduk sambil menunggu matahari terbit. Ternyata tak hanya aku yang menunggu matahari terbit, di seberang sana juga duduk seorang cowok yang ngelakuin hal yang sama denganku. Ternyata indah pemandangan di sini.
Hari ini hari pertama aku dan Bibi membuka warung. Rujak cingur, tahu telor, es campur menu yang kami jual di sini. Dengan dibantu Ratna, kita bekerja di warung ini. Ratna adalah tetenggaku. Dia seumuran denganku. Kita juga sama-sama habis lulus sekolah.
Mungkin masih hari pertama, so warung belum cukup ramai. Alhamdulillah cukup buat hari esok. Aku mulai suka dengan kota ini. Aku tak menyangka akan ada di sini. Mungkin aku akan lama di sini, coz kerjaan batu dimulai.
Waktunya matahari terbenam, kebiasaanku pun dimulai. Sudah dua bulan ini aku ngelakuin kegiatan ini.
“Matahari selalu beredar sesuai garis edarnya. Dan dia tak pernah keluar dari garis edarnya. Meskipun sinarnya menyengat, tapi dia memiliki keindahan luar biasa bagi yang melihatnya”. Tiba-tiba ada suara itu , aku toleh dia, dia hanya tersenyum dan langsung pergi. Aku juga mengiyakan omongannya dia tadi.
Ratna banyak bercerita tentang keindahan kota ini. Dan ternyata Pantai yang selama ini ku kunjungi bernama Pantai Pancer. Aku baru tahu . . . . J Aku sangat menikmati cerita Ratna. “Eh Rahmi, kalau kota kamu gimana?”. “Kotaku termasuk kota dingin di Jawa Timur. Dan aku tinggal di daerah Pegunungan. Bagus pokoknya. Kapan-kapan aja kamu aku ajak ke sana”.
Malam ini bulan Purnama. Aku ingin lihat suasana Purnama di Pantai. Aku ajak bibi ke pantai, biar tidak bosan dengan rutinitas di warung. Dan cowok itu juga ada di Pantai. Aku heran dia itu penghuni Pantai, atau ngelakuin hal yang sama denganku.
“Laut memberikan kehidupan pada manusia. Memberikan berkah yang luar biasa pada manusia. Tapi, laut juga bisa membuat kesedihan pada manusia”. Seperti biasa dia langsung pergi begitu aja.

Warga pada lari ke pantai . mereka mau mengambil ikan di pesisir pantai. Laut lagi surut. Ku lihat juga semut pada naik ke atap rumah. Firasatku tak enak sekali. Ku panggil Bibi dan Nenek untuk ngelihat kejadian ini. Tiba-tiba gelombang laut naik begitu cepat. Aku bingung ada apa ini. Aku berteriak pada warga untuk lari. Tiba-tiba ada yang menarik tanganku dan kita lari ke bukit.Bibi dan Nenek sudah lari duluan. Gelombang laut begitu cepat ke permukaan, banyak yang tak sempat menyelamatkan diri.  
Ternyata cowok yang di pantai yang menarik tanganku. Aku sangat berterimakasih padanya. Gelombang itu ternyata gelombang TSUNAMI. Nama yang sangat asing di telinga kita. TSUNAMI ini yang pertama di kota ini, bahakan di negaraku. Banyak korban akibat TSUNAMI ini. Bahkan sahabatku Ratna, ikut jadi korban. Puji syukur, Bibi dan Nenek selamat. Kita semua sedih bahkan tak percaya, laut yang selama ini menjadi sahabat kita, tiba-tiba menjadi musuh dalam sekejap.   
“Suwun yow mas”; ucapku pada cowok itu. Dia hanya tersenyum, lantas pergi meninggalkanku. Aku tahu musibah ini membuat orang di sekitarku, bahkan aku trauma untuk ke pantai. Anak-anak kecil setiap saat menangis sekencang-kencangnya akan apa yang mereka alami. Semua sedih, keluarga mereka banyak yamg menjadi korban, dan ada juga yang tak jelas keadaanya.
Kesedihan tak selamanya dibayar kesedihan. Di bilik lain kulihat keceriaan. Ternyata cowok itu yang melakukan. Dia mengumpulakn anak-anak untuk bernyanyi, bermain bersama. Kulihat saja mereka. Tapi dari lubuk hati terdalam, Intuisiku mengajak untuk bergabung. Dan ternyata kesedihan ini sedikit terobati. Dia memberikan  senyuman termanisnya padaku, karna mau membantu.
Waktunya menunggu matahari terbit. Aku ingin ke pantai melihat keindahannya yang mungkin tak seindah dulu. Sesampainya di sana, tempat yang biasa ku tempati, telah di tempati seseorang.
“Kesini juga ternyata kamu?” Tanya cowok itu.
“Iya . . .”
Akhirnya kita terlibat perbincangan yang menarik.tentang hobbinya yang juga sama denganku. Dan musibah TSUNAMI yang kita alami.
“Dari tadi kita ngoceh terus, sampai belum kenalan, aku Dirga”.
“Aku Rahmi”.
Matahari telah terbit dan kita kembali ke pengungsian.

Ternyata Dirga punya jiwa social yang tinggi, itu terlihat saat dia jadi sukarelawan disini. Andai Ratna masih ada disini, akan aku ceritakan tentang Dirga padanya. Lamunanku terhenti saat Dirga juga menatap aku.
Hampir setengah tahun setelah bencana itu. Keadaan di kampung mulai pulih. Aku dan Bibi mulai membuka usaha kembali. Kini posisi Ratna kosong. Kita belum punya pengganti Ratna. Nelayan sudah mulai melaut lagi. Anak-anak kecil sudah bermain di pantai seperti dulu. Laut masih menjadi sahabat buat kita. Begitu pula dengan Dirga. Dia kini menjadi sahabatku, mungkin lebih dari sahabat. Aku tak tahu kapan dimulainya. Tapi yang terpenting kita saling melengkapi.


Minggu, 27 Maret 2011

The Last Day for Live

Diheningnya malam ini aku tertegun membayangkan hari esok yang masih penuh dengan misteri. Apakah esok hari yang menyenangkan atau menyedihkan bagiku.
Tuhan menciptakan aku dengan kondisi fisik yang sehat. Semua masih terlihat sehat dari luar, tapi aku tak tahu yang di dalam bagaimana..?? Apakah rapuh ataukah kokoh..??
Kegiatan sehari-hariku hanya kusibukkan dengan kegiatan sosial. Karena aku peduli sama mereka. Aku tak tega melihat kondisi mereka yang jauh dari sempurna. Kegiatanku antara lain membantu para anak jalanan, membantu para korban bencana, sampai mengumpulkan donasi untuk para penderita kanker dan HIV/AIDS.
Untuk anak jalanan kita memberikan mereka pendidikan, agar mereka tidak ketinggalan dengan majunya era Globalisasi pada saat ini. Kalau ada bencana alam kita membantiu para korban supaya mereka tak terlalu trauma dengan bencana itu. Satu lagi yang membuat aku terenyuh adalah para penderita kanker dan HIV/AIDS. Mereka aslinya tak meminta penyakit itu, mereka bingung bagaimana cara mengatasinya.
Kanker dan HIV/AIDS adalah penyakit yang sangat berbahaya. Saking bahayanya bisa mengakibatkan kematian. HIV/AIDS belum ada obat untuk menyembuhkannya. Tapi tak tahu mengapa aku peduli sama para penderita itu.
“Mala... kamu istirahat sana, jangan terlalu capek ntar kamu sakit lho”; kritik Ibu padaku.
“Baik Bu...”; tak banyak omong aku langsung ngelakuin perintah Ibu.
Memang kegiatan ini menyita waktuku. Sampai aku lupa akan waktuku. Tapi bagaiman lagi aku terlanjur suka dengan pekerjaanku.
Hari ini aku mendapat tugas untuk meluluhkan hati pasien HIV/AIDS yang lagi frustasi. Dengan hati-hati aku hampiri dia. Tiba-tiba dia bilang.....
“Aku tak meminta penyakit ini kak, aku tak tahu mengapa Tuhan memberikannya padaku. Semua orang menjauhiku, kata mereka itu kutukan dari Tuhan. Tapi aku rasa aku tak pernah ngelakuin dosa yang terlalu berat selama hidupku. Aku bingung kak.....” keluh dia padaku.
“Kamu tak usah bingung, mungkin ini cobaan dari Tuhan buat kamu. Penyakit ini diberi oleh Tuhan supaya umat-Nya bisa menghadapinya dengan sabar, dan supaya ingat pada yang Kuasa. Kalo kamu masih beranggapan ini kutukan kamu salah. Pasti ada hikmah dari setiap masalah. Satu lagi yang mesti kamu tahu, kamu tak sendiri. Kakak-kakak disini datang karena peduli sama kalian semua”; kucoba kasih perhatian ke dia.
Dia adalah Nimas gadis berusia 12 tahun. Mulai kecil Nimas sudah mengidap HIV/AIDS. Karena waktu kecil dia dilahirkan dari Ibu yang juga menderita HIV/AIDS. Ibunya sekarang sudah meninggal.
HIV/AIDS adalah penyakit yang hanya bisa ditularkan lewat cairan darah,sperma,dan air susu Ibu. Bisa juga karena terkontaminasi jarum suntik bekas penderita HIV/AIDS. Banyak orang yang takut dengan si penderita. Berjabat tangan aja mereka takut. Makan bareng aja juga takut. Tapi selama kita tak terkena cairan si penderita kita takkan tertular.
HIV/AIDS belum ada obat yang bisa menyembuhkannya. Hanya ada antibodi yang bernama ARV (Anti Retro Virus). Antibodi ini cukup mahal. Antibodi ini hanya untuk memperpanjang umur si penderita dan untuk memperkuat kekebalan tubuh si penderita,bukan untuk menyembuhkan. Antibodi ini di minum selama si penderita hidup. Satu hal yang perlu diketahui bagi orang di sekitar penderita. JAUHI VIRUS nya BUKAN ORANG nya.
Hari ini aku lihat Nimas sangat bahagia. Dia terlihat menikmati harinya bersama teman-temanya. Dia bermain, bersendau gurau. Aku seneng ngelihatnya. Tiba-tiba Nimas menghampiriku.
“ Ternyata bener yah kata kak Mala, klo aku nggak sendiri. Masih banyak teman yang peduli denganku. Terimakasih yah kak...”
Nimas langsung memelukku, ku balas juga pelukannya.
Ternyata keceriaan itu hanya berselang satu minggu. Saat aku mendapat kabar kondisi Nimas sangat kritis, aku segera datang ke tempat karantina Nimas. Kulihat wajah sedih di matanya aku tak tega ngelihatnya.
“Kak terima kasih telah membuat hari-hariku indah meski itu tak lama. Aku bangga sama kakak-kakak semua. Dan kini biarkan aku pergi tuk menikmati hari indahku yamg abadi”.
Nimas...
Aku sedih banget ngelihat itu semua. Sampai aku meneteskan air mata.
Selamat jalan Nimas semoga kau tenang di sisi-Nya. Tuhan selalu bersamamu.

Harapan tinggallah Penyesalan

Dulu pesimis merasa ini takkan mungkin, berharap ini bukan cinta sesaatku....

Lirik lagu yang pas dengan suasana hatiku saat ini. Sebuah rezeki, yah menurutku ini sebuah rezeki. Aku yang culun, tak keren, pendiam, dan tak famous, bisa mendapatkan cewek yang cantik, famous, pokoknya siip deh.

“Wan, aku mau jadi cewekmu. Aku tak peduli apa kata orang, yang penting aku bisa bahagia dengan kamu” ; rayu Anggreini padaku.

“Tapi kenapa kamu memilih aku, padahal banyak cowok yang lebih dari aku. Aku hanya Wawan cowok super culun di sekolah ini” ; aku menjelaskan.

“Manusia itu tak ada yang sempurna, dari luar mungkin kamu biasa, tapi dalamnya kamu pasti luar biasa. Ku trima kau apa adanya”.

Aku hanya terenyuh dengar kata-kata Anggreini.

Akhirnya . . . .

“Yach. . . aku mau jadi cowokmu”.

Yupz, akhirnya aku jadian ma Anggreini. Sebuah rezeki bagiku, bayangkan aja diantara banyak cowok Anggreini lebih memilih aku.

Mungkin aku tak setampan Romeo aku juga tak berkelimang harta, namun tak ku sangka dapatkan dirimu, yang lebih indah dari seorang Juliet. Lagu Yovie & Nuno itu seperti yang kualami saat ini.

Aku masih nggak percaya dengan apa yang ku alami saat ini. Aku merasa ini seperti mimpi. Tapi ini kenyataan. Ku fikir lagi, kenapa yach Anggreini memilih aku, aku memang suka sama dia, tapi....???? Ah... buat apa aku mikir lagi, yang penting Anggreini sekarang milikku.

“Wan kamu bener tah udah jadian ma Anggreini” ; tanya Astrid padaku. Astri adalah satu-satunya cewek yang mau deket ma aku. Dia adalah sahabatku.

“Iya, aku jadian ma Anggreini, seperti mimpi aja”.

“Kamu bener tah jatuhin pilihan mu ke Anggreini”.

“Yupzz. . . “

“Ya udah, congratulation yach. . . “

“Matur thanks you”

“Eh. . . loe Wan sini. Loe itu cowok culun, nggak pantes dapetin Anggreini” ; bentak Soni cowok yang ngejar-ngejar Anggreini.

“Ta. . tapi kenyataannya, Anggreini jatuh cinta ma aku. Kamu ngapain syirik”.

“Awas aja loe, gua bikin hidup loe nggak nyaman. Ingat itu. .” ; ancam Soni.

Yach... beginilah nasib jadi cowoknya Anggreini.

“Hei, wan. . .”

“Eh kamu Anggreini apa kabar. . . ?”

“Baik wan, denger-denger kamu diancam yach ma Soni”

“Iya,gitu lha”

“Biar gua marahin dia ntar, apa sich maunya dia”

“Tak usahlah, maybe ini nasibku, bila jadian ma kamu. . .”

“Jangan gitulah Wan, jadinya aku nggak enak sendiri ma kamu, maaf yach klo bikin kamu nggak nyaman. . .”

“Yach udahlah, kita jalanin aja layaknya air mengalir. . .”

“Yupzzz, bener sekali. . .”

Astrid akhir-akhir ini kok nggak pernah main kerumah yach, ada apa dengan dia. . . aku ke rumahnya aja ah. . . .

“Eh. . kamu Wan, tumben maen ke rumah. . .”

“Iya nie, kangen aku ma kamu. . .”

“Gimana kabarnya Anggreini. . .”

“Baik, mangnya napa. . .??”

“Nggak, aku masih nggak percaya aja kamu jadian ma Anggreini. . .”

“Kenapa, kamu nggak suka dengan jadiannya aku ma Anggreini. Terserah kamu lha. Apa gara-gara itu kamu sekarang menjauh dari aku”.

“Aku nggak menjauh, tapi aku nggak enak ma Anggreini”

“Apaan sich kamu Astrid, kita itu sahabatan, masak gara-gara itu aja kamu menjauh dari aku”

“Gini lho Wan, aku takutnya Anggreini cuma mainin perasaan kamu”

“Ah kamu, apa-apaan sich, klo jealous ngomong aja. . “.

“Siapa yang jealous, aku cuma kasih tahu aja. . “

“Tahu ah. . semua pada nggak suka klo aku jadian ma Anggreini. Mangnya aku salah apa???. Udah aku pulang aja.”

“Ya udah, terserah kamu aja Wan . . .”

Anggreini selalu ngasih perhatian lebih padaku. Bahkan soal sepele aja dia perhatian banget.

Kring. . .Kring. . . aku langsung angkat telephon berharap dari Anggreini tersayang.

“Halo. . . “

“Mulai sekarang kamu harus menjauh dari Anggreini atao gua akan bikin hidup loe nggak nyaman”

“Maksud kamu apa. . .”

Tut. . . tut. . .tut. .

Hampir semua anak di skull tahu klo aku jadian ma Anggreini. Tapi banyak juga yang nggak percaya. Kadang klo ada waktu aku makan bareng ma Anggreini di kantin. Tapi anehnya, semua anak di kantin pada ngelihatin aku. Aku coba fine-fine aja.

Kejadian di rumah Astrid tempo hari, membuatku menjauh dari sobatku itu. Aku muak klo tiap ketemu dia yang di bahas Anggreini. . .Anggreini terus. Kayak nggak ada topik laen aja.

Bukan hanya Astrid yang bikin aku muak, teror itu juga bikin aku kesel. Aku duga ini ulah si Soni. Aku anggep ini cuma angin lalu, coz teror ini belum seberapa.

“Wan sini loe, semakin hari loe kok semakin ngelunjak aja. Aku udah ingetin jangan deket-deket ma Anggreini. Rasakan ini. . . .

Pluok. . .pluok. . . tamparan si Soni kena mukaku. Aku nggak hanya diam ku keluarin jurus silatku yang lama nggak aku pakai. Ku hajar juga si Soni. Darahpun keluar. . .

Tiba-tiba Amggreini datang dan ngelerai kita. . .

“Apa-apaan si loe Wan, kasihan dong si Soni”.

“Lho. . .kamu kok malah belain si Soni, yang mulai ini dulu si Soni”.

“Ah. . . bullshit pergi sana kamu Wan. . . “

Tak ku sangka Anggreini malah belain si Soni. Aku aslinya marah tapi, gimana lagi Anggreini salah paham.

“Anggreini maafkan aku, kemarin itu hanya salah paham aja”

“Aku juga minta maaf, karena nyalahin kamu”.

1 bulan sudah aku jadian ma Anggreini. Aku mau kasih hadiah ke Anggreini untuk hadiah 1 bulan jadian kita. Tiba-tiba. . . .

“Hebat loe Anggreini, bisa buat Wawan jatuh cinta ma loe. . . taktik loe bagoes bangettt. . . “

“Siapa dulu Anggreini gitu. Jadi aku yang menang taruhan ini . . . “

“0k lha, nie uang buat kamu. . .”

Ku dengar percakappan Aggreini ma temannya.

“Anggreini, jadi selama ini kamu cuma mainin aku”

“Hahahaha. . . makanya Wan, jadi orang ngaca dulu dong. . . loe itu nggak pantes buat aku”.

“Tega loe Anggreini. . . kulempar hadiah ke dia”.

Aku nggak menyangka ini terjadi dengan ku. Aku hanya Wawan nggak pantes dapetin Anggreini.

Tak lam dari kejadian itu. Anggreini jadian ma Soni. Aku hanya tertawa ngelihat itu. Dan bener apa kata Astrid aku nggak pantes dapetin Anggreini. Aku merasa bersalah telah menjauhi Astrid yang notabene adalah sahabatku sendiri demi seorang Anggreini yang. . . tau ah. . muak aku dengan dia.

Dan Astrid sahabatku yang baik telah pergi tuk mengejar cita-citanya. Aku bersalah tak dengerin omongannya. Penyesalan tinggallah penyesalan. Kini kubuka lembaran baru. Dan aku sadar sahabat segalanya. Dan aku kini lebih tahu arti persahabatan.

Astrid maafkan aku dan aku janji akan jaga persahabatan kita tuk selamanya. Thanks Astrid tuk semuanya. . . .

Selasa, 22 Maret 2011

CINTA dan BENCI

Dimalam ini aku teringat wajahmu

Senyummu, tatapanmu, bahkan amarahmu

Membuatku membuka memori yang tlah tertutup rapat

Aku bingung dengan yang kualami

Bayangmu selalu menghantui aku

Dengar namamu saja hatiku bergetar

Tidak bertemu rasanya kangen banget

Tapi saat didekatmu diri ini malu tuk berkata

Kesempatan tak datang tuk kedua kalinya

Hingga akhirnya aku jatuh terluka

Mendengar kau telah bersamanya

Hati ini sakit, mau marah tapi apa gunanya

Diri ini berada diantara CINTA dan BENCI

BUNDA

Didepan mataku kau tersenyum

Didepan mataku kau terlihat tangguh

Tapi itu hanya didepan mataku

Kadang kau terlihat sedih

Jika sedang sendiri

Kadang kau marah sambil menangis

Mungkin itu caramu untuk meluapkan emosi

Bunda. . . maafkan aku kalau aku bersalah

Tapi janganlah begitu

Menangislah jika kau sedih

Tertawalah jika kau bahagia

Karena itu yang ku mau

Ternyata Ayah Tiri itu?

Menurut kebanyakan orang, mempunyai Ayah atau Ibu tiri itu sebuah hal yang menakutkan. Aku juga was-was klo itu terjadi padaku. Kenapa aku takut? Karna Bundaku sekarang single parent. Aku sebenarnya kasihan, coz Bundaku masih tergolong muda, sebaiknya Bunda membutuhkan seorang pendamping dalam hidupnya.

Aku dan kakak-kakakku berunding tentang masalah ini. Kak Bima nggak setuju karna masih keingat mendiang Ayah. “Sudahlah Kak, dulu kan Ayah sering jahat sama kita, Ayah juga jarang perhatian sama kita bahkan dia sering bikin Bunda nangis”; kataku menjelaskan. Tapi,untungnya Dia udah meninggal; kak Ayu menambahkan. Udahlah mungkin ada benernya, tapi klo.... klo dia jahat sama kita gimana; kita serentak menjawab. Tanpa terasa waktu udah malam, dan kita memutuskan untuk tidur, besok kita bicara sama Bunda.

Berhubung sekarang hari minggu, aku ma kak ayu libur sekolah, bunda juga libur, kak Bima masuk siang. Kak Bima memulai.” Bun...Bima mau tanya, apa setelah di tinggal Ayah bunda kesepian..?” tanya kak bima denngan nada sungkan. “Sebenernya sih kesepian, tapi Bunda takut... “ “takut apa bun...”; tanya kami serentak. “Takutnya kalian tak menerima Ayah tiri”. ”Tidak kok Bun.. walau takut dikit”; jawab kami dengan nada pelan. “Begini lho bun,bunda udah di tinggal Ayah 2 tahun yang lalu, kami juga membutuhkan sosok Ayah baru,kami nggak mau yang ngantiin Ayah tuh kak bima”; selah kak Ayu.” Apa...????” bentak kak bima.” Nggak kok cuma bercanda”; jawab kak Ayu dengan tertawa.

“Ya, udah klo itu mau kalian, btw yang cari Ayah baru itu bunda atau kalian..??” ”bunda aja”; jawabku.”Mungkin klo Bunda yang cari mungkin itu yang terbaik buat bunda” ; kata kak bima. “Ya udah do’akan bunda supaya mendapat pasangan yang pas buat bunda dan kalian semua”.

1 bulan berlalu.dan bunda memberi kita surprise,yaitu calon Ayah baru. Namanya Pak Yudha , dia tinggi besar. Pertamakali kita lihat, kita langsung sembunyi dan berunding. ”Apa bener itu calon Ayah kita...???” tanyaku. “Nggak tahu lha kita lihat aja nanti;” jawab kakak-kakakku.

Dan ternyata dia benar calon Ayah kita. Bunda memperkenalkan. Kata Bunda Pak Yudha adalah teman kuliahnya dulu. Pak Yudha bekerja sebagai penyiar radio ternama di kotaku. “Tapi kalian jangan kaget dengan penampilannnya dia sebenernya baik kok”; Bunda menjelaskan pada kita.

Berminggu sudah kita mengenal sosok calon ayah baru kita. Dan ternyata benar apa kata Bunda. Pak Yudha baik banget. Tapi kak Bima tak percaya begitu aja. Kak Bima berencana untuk ngerjain Pak Yudha. Kita akhirnya setuju. Dan rencana kak Bima adalah....” waktu dia datang ke rumah,kita bikin dia marah. Kita acak-acak rumah dan kita buat rumah kotor. Apa dia mau bantu kita, klo dia mau bantu kita tinggal sendiri di rumah dan apa reaksi dia; itulah rencana kak bima. Eh..tunggu-tunggu berhubung besok bunda lembur, dan Pak Yudhalibur kita ajak dia ke mall dan kita kerjain lagi, kita belanja yang banyak dan setelah itu kita tinggal dia dengan barang belanjaan kita. Setuju....???? OK”.

Sesuai rencana, kita acak-acak rumah dan ketika Pak Yudha datang kita bersih-bersih. Melihat rumah yang kotor dan berantakan Pak Yudha akhirnya membantu kita. Dan kita tinggalin dia. Hampir satu jam lebih kita pergi dan waktu kita pulang. Eh.... rumah sudah bersih lebih bersih dari sebelumnya.

Din.. jalankan aksimu; perintah kak Bima. “ Pak Yudha kita lapar mau nggak nganterin kita ke mall sekalian refresing”; aku mencoba melas di hadapan Pak Yudha. “Ya udah, ayo kita berangkat”; ajak Pak Yudha. Di tengah perjalanan. “Aduh uangku ketinggalan, trus kita gimana nanti”; kak Bima berpur-pura. “ Aduh ngapain sih kalian bingung khan ada Pak Yudha”;tanpa malu kak ayu bilang kayak gitu.

Sesampai di mall kita makan dan belanja sesuka kita, tapi kita tahu diri lha belanjanya yang murah-murah aja. Setiba di kasir Pak Yudha mau bayar dan kita serentak izin ke toilet. “ya udah, Pak yudha tunggu di pintu masuk yachhh”;kata P.Yudha.

Hampir setengah jam ita kerjain Pak Yudha untuk nunggu kita. Dan kita putuskan untuk pulang. Waktu kita naik mobil... tiba-tiba... mobil Pak Yudha berhenti. Kata Pak Yudha kehabisan bensin. Akhirnya kita disuruh untuk mendorong. “Apa...????” jawab kita bebarengan. Mungkin Pak Yudha tahu klo kita kerjain dan dia balas dendam. Sesampainya di SPBU kita istirahat. Dan di situ Pak Yudha mendekati kita. “Sebenarnya bensin Bapak masih ada, berhubung dari tadi kalian kerjain saya, maka saya balas juga. “What...????” kita kaget. “Tapi wajar kalian kayak gitu, ya udah jangan marah maafin bapak yah”; kata P.Yudha. “Kita juga minta maaf Pak, dan terima kasih atas semuanya yah pak”; jawab kita bersama-sama.

Sesampai di rumah kita berunding. “Ternyata Pak Yudha sosok Ayah yang baik dan disiplin yach”. “Bukankah itu yang kita cari selama ini”; tanya kak Bima. “Iya betul, aku menyesal banget udah ngerjain dia”; kata kak Ayu.

1 bulan setelah kejadian itu, Bunda menikah dengan P.duda eh.. salah dengan Pak Yudha, dan Bunda sepertinya sangat bahagia, begitu pula kita. Dan Pak Yudha ternyata sosok Ayah yang kita cari selama ini, yaitu: baik, disiplin, dan tentunya penyayang.

Akhirnya kita bisa bahagia lagi tanpa adanya keegoisan diantara kita. Dan yang pasti, kasih sayang ada lagi di rumah kita. Dan ternyata Ayah tiri itu baik banget so don’t afraid with stepfather.

Diberdayakan oleh Blogger.
Powered By Blogger

Pengikut