Pulau yang memiliki banyak budaya, dan alam yang begitu mempesona mata. |
Hampir dua tahun setelah
menempati pulau ini, banyak hal yang membuat aku geleng-geleng kepala melihat
pola perilaku masyarakat yang katanya sudah berpancasila ini. Bagaimana aku
tidak geleng-geleng saat melihat segala sesuatu yang baik dan buruk bisa mereka
lakukan di waktu yang sama tanpa terlihat ada rasa malu, sungkan terhadap orang
yang lain yang bukan dari suku mereka.
Yang kita tahu tradisi adalah
kebiasaan yang turun menurun dari leluhur mereka untuk diwariskan dan
dilestarikan, namun pertanyaannya begini. Ketika tradisi itu tidak sejalan
dengan logika, apakah kita akan terus melestarikan tradisi tersebut? Apakah
kita akan berdiam diri melihat hal itu terus terjadi di depan mata kita?
Hukum Negara VS Hukum Adat
Di Negara yang katanya Negara
hukum ini, banyak dilihatkan oleh Tuhan tentang adanya hukum dibuat untuk
dilanggar bukan untuk ditaati. Hukum Negara tidak merata ke semua daerah yang
ada. Keputusan pimpinan pusat tidak berlaku rata kesemua daerah, tidak satu
suara pimpinan.
Hukum adat merupakan hukum atau
peraturan yang dibuat oleh adat setempat untuk ditaati oleh seluruh masyarakat
yang hidup dalam ruang lingkup adat tersebut. Siapa yang melanggar, akan
mendapat konsekuensi dari apa yang diperbuat.
Kalau bicara versus di pulau yang
katanya banyak dewa ini, hukum adat lebih dominan menang ketimbang hukum
Negara. Karena jiwa adat mereka lebih kuat dan lebih banyak pendukungnya.
Langsung saja ke contoh kasusnya yaa . .
Sabung ayam
Bukan hanya di tempat asalku,
bahkan banyak di daerah lain yang melihat dan beranggapan kalau sabung ayam itu
termasuk kegiatan tercela yaitu judi yang jelas-jelas melanggar dari hukum
Negara. Namun sekali lagi, hukum Negara kalah disini.
Mereka terbiasa berkumpul di
wantilan atau tempat khusus diadakannya sabung ayam. Banyak mobil mewah yang
parkir dan cukup memacetkan jalan. Tradisi ini sudah biasa dilihat. Tua, muda,
laki, perempuan tumpah ruah untuk saling menjagokan ayam idolanya. Ratusan juta
melayang di tradisi ini wajar banget. Yang tidak wajar adalah kepolisian yang
menjadi penegak hukum di Negara ini malah berdiam diri dan seakan menjaga
ketertiban dan keamanan berjalannya tradisi sabung ayam ini. Sabar yaa ayam
ayamm . .
Cium bibir
Dengan dalih melestarikan budaya
leluhur yang sudah ada sejak ratusan tahun, para pemuda pemudi ini akan rela
memberikan bibirnya untuk dikecup oleh orang yang tidak mereka kenal betul
secara bergantian. Tradisi ini dikenal dengan nama Omed-omedan yang dilakukan sehari setelah
hari raya nyepi. Tradisi ini memiliki tujuan untuk melestarikan tradisi leluhur
yang katanya untuk memohon keselamatan dan kesehatan bagi peserta dan penolakan
bala bagi desa mereka.
Original atau Duplikasi
Dari kebiasaan menjadi tradisi
dan ujung-ujungnya menjadi sebuah budaya. Pulau ini sudah memliki budaya yang
sangat diakui oleh dunia. Mulai budaya pakaian tradisional, tarian yang
mendunia, bahkan keseniannya yang mulai dilirik oleh Negara-negara asing.
Namun, disaat banyak yang melirik, para penerus ini dengan mudahnya
terpengaruh oleh budaya asing. Maklum banyak orang bule yang masuk ke pulau
mereka. Dari pakaian saja mereka sudah terlihat menduplikasi pakaian dari para
pelancong, gaya bahasa mereka yang kebule-bulean, berbahasa asing mah
boleh-boleh saja asal tau tempat, pulau mereka seperti kota metropolitan Amerika, minuman keras ada dimana-mana, pakaian terbuka yang memperlihatkan
bentuk molek tubuh seakan menjadikan mereka bangga dengan gaya asing itu,
padahal mereka punya budaya yang lebih bagus nan sopan.
Sehingga pergaulan bebas menjadi
hal biasa yang sehingga kalian tidak perlu geleng-geleng dengan hal ini.
Married by accidents
Hal ini jelas terjadi karena
pergaulan yang terlalu membebaskan mereka memilih teman bermain ranjang. Kenapa
aku bilang begitu? Kalau kalian tinggal di kost-kostan kalian akan risih
melihat tetangga kaliand dengan seenaknya gonta-ganti pasangan tiap minggunya.
Hal ini akan menyebabkan mereka hamil duluan sebelum resmi menikah. Ada salah
satu statement dari gadis di pulai ini “hamil duluan itu lebih mengirit biasa
pernikahan, karena acara adat yang lama dan mahal akan terjadi lebih cepat dan
sedikit murah apabila hamil duluan”. Sekali lagi, aku geleng-geleng.
Sebagai manusia yang mempunyai
akal pikir yang jernih, bisa dong melihat dan menganalisa mana yang salah dan
benar. Kalau bicara mana yang benar, jelasnya yang berasal dari suri tauladan
yang datang datangnya dari Sang Hyang Widi Wasa Tuhan Semesta Alam. Padahal
pulau ini memiliki tradisi yang lebih patut untuk dilestarikan, yaitu Tri Kaya Parisuda
yaitu, segala fikir, kata, dan perbuatan harus sesuai selaras dengan maunya
Dia. Namun sayang sekali lagi hal itu hanya terucap dalam dua bibir mereka tanpa
adanya aktualisasi yang nyata.
Wajarnya, kita bisa lebih aktif
memilih dan memilah diantara banyaknya tradisi yang ada, manakah yang sesuai
dengan kehendak dan rencana Dia dalam mewujudkan kasih dan sayangNya untuk
umatNya. Jangan hanya jadi generasi PENERUS yang bisanya ngikut arus saja, tapi
jadilah generasi PELURUS yang turut serta dalam meluruskan setiap hal yang
berbelok dari rel yang seharusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar