Pengarang kelahiran Jawa ini, besar di pulau Dewata Bali, hadir dengan nama khas Bali yang sarat makna, dan memulai lagi kegemarannya akan sastra. Banyak hasil karya yang dibuat, mengkisahkan tentang cinta, perjuangan, dan beberapa kisah hidup yang ditulis dalam sajak puisi seperti di bawah ini :)) selamat membaca :)
Cerita guru-guruku
Di masa kanak-kanakku
Memahamkanku akan arti ketaatan dan kedurhakaan
Seperti kisah si Malin yang terkenal
Karena rasa malu pada pasangannya
Karena kekayaannya
Karena harkat strata sosialnya
Dengan hati tertunduk namun muka mendongak
Mengingkari ajaran mulia leluhurnya
Mengingkari ibu, tempat asal dan besarnya
Maka si Malin pun membatu di tepi lautan
Alegori yang indah
Metafora yang filmis
Kekal diingatan
Makna yang sungguh dalam
Petunjuk yang implikatif
Kadang terlupa
Sering terlupa
Kadangkala, selalu terlupa
Nusantara adalah negerinya orang-orang yang santun
Negeri yang ramah, bersahaja
Mengutamakan gotong royong
Suka menolong dan rela berkorban untuk bangsanya
Jelas tertulis di kurikulum tahun 1984
Juga di brosur-brosur pariwisata
Hari ini
Lihatlah sekeliling, bacalah berita
Seperti itukah adanya
Atau sebaliknya
Di penghujung malam yang sunyi dan damai
Aku tertunduk dalam renungan
Mengingat betapa mantapnya kami menganggung pada pak guru
Mengiyakan metafora filmis yang didongengkannya
Semoga cermin di kamarku ini cukup besar
Supaya gambar utuhku bisa jelas olehku
Supaya gambar utuhku ini bisa jelas olehku
iya. . . semoga gambar utuhku ini, bisa terlihat jelas olehku
Aku. . . bangsa yang dulu macan asia
Aku. . . negeri yang kaya alamnya
Santun, ramah, dan dermawan orang-orangnya
Aku. . . negeri yang adil para pemimpinnya
Tenteram damai dan sejahtera rakyatnya
Aku. . . gambaran nirwana yang hijau teduh di bumi ini
iya. . . aku, kami, kita . . . bangsa nusantara ini
Cerita dan sejarah indah itu adalah masalalu
Cerita dan kisah indah itu adalah harapan masa depan
Cerita dan kisah indah itu adalah energi perjuangan sekarang
Sekarang
Di depan cermin besar di kamar sunyi di ujung malam
Aku bertanya
Kenapa negeriku sekarang seperti ini?
Apakah kami durhaka pada sang Bapak Angkasa
Tidak patuh pada ajaran Tuhan Yang Esa?
Seperti anak nakal yang pakai aturan sendiri
Lalu dihukum oleh Yang di Atas, Bapak Angkasa, Tuhan kita Yang Esa
Sekarang
Di depan cermin besar di kamar sunyi di ujung malam
Aku bertanya
Kenapa negeriku sekarang seperti sekarang ini?
Apakah kami durhaka pada Ibu Pertiwi?
Bumi yang mengandung, tempat lahir dan tumbuh kami
Bumi sang Ibu tempat kita berpijak dan bersandar
Iya kami anak nakal yang salah bersikap pada ibu kita semua
Bumi ini, alam ini, lingkungan tinggal kita ini
Ohhh rupanya di Malin Kundang itu adalah aku
Malin Kundang itu adlah kami
Adalah kita, Nusantara ini
Negeri yang durhaka pada Bapak Angkasa, Tuhan Yang Esa
Negeri yang durhaka pada Ibu pertiwi, bumi alam lingkungan
Si Malin telah dikutuk menjadi batu
Aku bangsa yang diam membatu
Dimata dunia tiada berkata apa-apa
Kami bangsa yang diam membatu
Batu besar yang dipecah dan dipalu bangsa lain
Batu alam yang dipahat dan dipajang
Batu kali yang dijadikan gedung bangsa lain
batu karang yang terhempas badai lautan dunia
Karena durhaka pada Bapak Angkasa
Karena salah pada Ibu Pertiwi
Sekarang aku menjadi batu
Aku tanah yang tandus, kering dan panas
Mendamba angin yang membawa awan
Menurunkan air kehidupan, hujan dari angkasa
Yang menyirami bumi tiap hati ini
Menumbuhkan aneka tanaman
Menghijaukan alam lingkungan ini
Ohh Bapakku yang di Atas sana
Wahai Ibu Pertiwi yang terkasih
Perkenankanlah kami para Malin Kundang ini
Kembali menjadi anak-anakmu yang manis dan penurut
Perkenankanlah kami untuk kembali
Ijinkanlah kami memulai dari hal kecil, setitik debu ini
Belajar tentang ajaranMu
Berbakti pada negeri
Berbagi untuk sesama
Ampuni kami
Sayangilah kami kembali
Inilah pengarang puisi tersebut :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar