Ujian dalam hidup terus aku alami. tak tahu kenapa ujian kali ini terasa begitu berat, dari ke-3 kakakku rasanya aku yang paling merasakan ujian berat ini. Ujian berat ini ujian dalam keluargaku, aku masih bingung mencari cari apa yang bisa membuat keluargaku bisa benar-benar harmonis. Sejak aku kelas 7 sekitar tahun 2006 yang lalu, keluargaku rasanya berada diujung pintu keluar. Banyak yang mengira baik-baik dalam keluargaku, namun maafkan kami masih memakai topeng, kami belum bisa berbagi secara gamblang tentang apa yang kami rasakan. Kami masih tertutup dengan apa yang kami alami. Karena kami merasa kami bisa mengatasi ini semua.
Tapi ternyata, setelah sekian lama kita jalani, ternyata belum ada hasil maksimal yang kami dapatkan. Pelaksanaanya masih jauh dari kata memuaskan, hanyalah membuang waktu, tenaga, dan fikiran. Semua pihak masih belum menyatu, masih kekeh dengan apa yang dipegang masing-masing. Yahh itu yang membuat aku sedih menerima kenyataan pahit itu. Air mata, sering tertumpah karena ketidakharmonisan itu. Rasa iri dengan keluarga lain sering hinggap dibenakku, tapi ada daya aku tidak bisa berbuat banyak, keluarga masih melihatku sebagai gadis kecil yang masih bau kencur, belum tahu banyak dunia, hal itu yang membuat keluarga dengan enaknya menyakiti fikiranku.
Hanya kata maaf yang bisa aku lontarkan apabila aku membuat kesalahan terhadap keluarga. Aku merasa masih jauh dari kata sempurna, aku masih sering merepotkan keluarga, membuat mereka kurang bangga kepadaku, namun aku telah berupaya sebisaku, tapi keadaan tidak
harmonis itu yang membuat aku up down, tidak kuat dengan perasaanku sendiri, lebih banyak takut, beda dengan kondisiku sebelum tahun itu. Kadang aku merasa kangen dengan aku yang berprestasi, aku yang tegar, aku yang kuat, aku yang selalu semangat, aku yang sopan, aku yang lugu.
Kini, aku menyadari betapa aku hanyalah setitik debu yang bisa hancur tertiup angin, aku hanya segelintir cerita usang yang siap dibuang, aku hanyalah kain lusuh yang sudah tidak menyenangkan pemakainya. Tapi aku masih punya duri yang siap aku gunakan untuk melawan semua sifat egoku, dan duriku akan selalu aku jaga, agar tidak sembarangan menggunakannya, karena aku sudah melewati rentan waktu yang cukup lama, aku tak mau hal lalu terulang kembali. Persetan dengan apa yang terjadi, persetan dengan semua kata orang, persetan dengan caci makian kalian, persetan dengan sudut pandang kalian.
Kini dengan niat berkobar di jiwa, aku tak ingin keluargaku keluar dari pintu keharmonisan, meskipun aku cewek yang banyak bilang aku lemah, aku akan membuktikan kalau dengan kita bersatu padu, dengan kita turun tangan bersama, dengan kita tidak mementingkan ego masing-masing aku yakin kita akan menjadikan kelaurga ini menjadi keluarga harmoni yang penuh dengan cinta kasih, dan rasa salaing hormat menghormati seperti sediakalanya.
Tapi ternyata, setelah sekian lama kita jalani, ternyata belum ada hasil maksimal yang kami dapatkan. Pelaksanaanya masih jauh dari kata memuaskan, hanyalah membuang waktu, tenaga, dan fikiran. Semua pihak masih belum menyatu, masih kekeh dengan apa yang dipegang masing-masing. Yahh itu yang membuat aku sedih menerima kenyataan pahit itu. Air mata, sering tertumpah karena ketidakharmonisan itu. Rasa iri dengan keluarga lain sering hinggap dibenakku, tapi ada daya aku tidak bisa berbuat banyak, keluarga masih melihatku sebagai gadis kecil yang masih bau kencur, belum tahu banyak dunia, hal itu yang membuat keluarga dengan enaknya menyakiti fikiranku.
Hanya kata maaf yang bisa aku lontarkan apabila aku membuat kesalahan terhadap keluarga. Aku merasa masih jauh dari kata sempurna, aku masih sering merepotkan keluarga, membuat mereka kurang bangga kepadaku, namun aku telah berupaya sebisaku, tapi keadaan tidak
harmonis itu yang membuat aku up down, tidak kuat dengan perasaanku sendiri, lebih banyak takut, beda dengan kondisiku sebelum tahun itu. Kadang aku merasa kangen dengan aku yang berprestasi, aku yang tegar, aku yang kuat, aku yang selalu semangat, aku yang sopan, aku yang lugu.
Kini, aku menyadari betapa aku hanyalah setitik debu yang bisa hancur tertiup angin, aku hanya segelintir cerita usang yang siap dibuang, aku hanyalah kain lusuh yang sudah tidak menyenangkan pemakainya. Tapi aku masih punya duri yang siap aku gunakan untuk melawan semua sifat egoku, dan duriku akan selalu aku jaga, agar tidak sembarangan menggunakannya, karena aku sudah melewati rentan waktu yang cukup lama, aku tak mau hal lalu terulang kembali. Persetan dengan apa yang terjadi, persetan dengan semua kata orang, persetan dengan caci makian kalian, persetan dengan sudut pandang kalian.
Kini dengan niat berkobar di jiwa, aku tak ingin keluargaku keluar dari pintu keharmonisan, meskipun aku cewek yang banyak bilang aku lemah, aku akan membuktikan kalau dengan kita bersatu padu, dengan kita turun tangan bersama, dengan kita tidak mementingkan ego masing-masing aku yakin kita akan menjadikan kelaurga ini menjadi keluarga harmoni yang penuh dengan cinta kasih, dan rasa salaing hormat menghormati seperti sediakalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar