Pages

Senin, 23 Juni 2014

Pantai Masceti

Pantai Masceti berada di Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar - Bali. Pantai ini adalah yang pertama aku injak saat aku di Bali. Yahh ombaknya yang besar bergulung-gulung, anginnya yang sangat kencang membuat saya terpesona dengan pantai ini. Ditambah lagi suasana pantai yang masih alami, ehhhmm indah banget ciptaan Tuhan. Selain Pantainya yang indah, penduduknya juga rama-rama lhooo. . . mulai Pak Gundul (penjaga parkir), Bu Agung (penjual tipat), bung Sugata (juru kunci pantai Masceti), Bu Jero (yang pintar ngeramal) dan para ibu, bapak pencari batu disekitar pantai.

Kenapa aku, sangat kenal dengan warga setempat? karena aku sering singgah di kantor kesekretariatan yang ada persis di area pantai. Yahh, kantor ini tempatku belajar dan mengajar. Kantor ini seperti rumah keduaku lahh, . 


Aku juga sering mencari inspirasi di pantai, bahkan sering menulis di pantai. Pernah juga aku membuang semua diary kisahku tentang dia di pantai ini, hahah lucu sekali. Aku juga pernah ketemu bule yang menyadarkan aku tentang betapa indahnya perjuangan, apalaagi berjuang dalam hobby yang kita suka (thanks sir, how are you today?), aku juga bertemu ibu Jero yang sempat meramalku (ramalannya sedikit benar sihh, :)), aku juga sering belajar bahasa Bali dengan bu Agung waktu beli tipat, dan yang tidak kalahnya adalah aku sering mendapat petuah-petuah dari bung Sugata, beliau adalah orang baik asli Bali yang pernah ku kenal. Petuahnya bagus-bagus, sikap tegasnya itulho yang aku suka. Satu lagi yang hampir terlupa, awal mula aku bertemu dia di pantai ini juga, hahaha siapa dia? dia adalah cowok yang memakai baju warna merah lagi melamun di pantai (sudah sudah lupakan saja).

Hobby potret-potretku juga banyak aku ambil dari pantai ini, silahkan cek di akun instagram saya yaa, heheh (numpang promosi) akun instagram :))) tapi sebagian akan saya share juga di blog tercinta saya ini, cekidot :DD

<<<<<<<Suasana pagi di Pantai Masceti (kalau kurang bagus karena gadgetnya kurang canggih heheh), tapi benerran bagus kalau sunrise apalgi kalau lagi cerah.

 Kalau ini waktu lagi surut pantainya, dasar lautnya kelihatan yaaa, di pantai ini banyak batu karangnya jadi kurang cocok kalau buat para peselancar, pernah ada bule yang main selancar, pulang-pulang badannya luka semua *kasihan :( . Dan yang kelihatan di belakang sendiri itu adalah Nusa Penida, pulau kecil yang sangat indah mempesona *pengen banget kesana. photo by +Saskia Chandra 

>>>>>> Pantai ini juga menjadi mata pencaharian warga sekitar, lihat saja foto itu, warga sedang mencari batu di sekitar pantai. Kadang mencari batunya saat panas-panasnya matahari, yahh itulah kehidupan ada pengorbanan dalam setiap usaha. photo by @saskia
Kalau ini di Gedung Angsasari, numpang narsis yaaa :))>









>>>> kalau ini foto teman saya yang paling narsis n eksis, namanya ada di keterangan photo. Ini diambil disalah satu sudut gedung Angsasari. photo by +Saskia Chandra 

^^^Ini photo pertama saya waktu di Pantai Masceti, ombaknya lhooo sumpahhh bikin takut :))) 

dan terakhir inilah keluarga saya (saya yang tengah) dengan segala kisah hidup dan kehidupannnya.^^_^^

Sabtu, 21 Juni 2014

Just Look from Other Side

Bagaimanapun meraka tetap kedua orangtuaku, bagaimanakupun mereka adalah panutanku, bagaimanapun mereka yang telah membuatku ada di dunia ini. Aku tak menyesal terlahir dari keluarga ini, aku tak menyesal menjadi anak terakhir dengan segala ujian yang aku terima, aku tak menyesal kalau akhirnya aku yang menanggung semua beban penderitaan yang terlampau amat sangat menyakitkan.

Aku berusaha agar aku tidak seperti kakakku yang terlalu sayangnya sampai meninggalkan begitu saja maslah ini, aku berusaha agar ayah dan bundaku tetap harmonis meskipun aku sendiri terkadang meminta untuk berpisah, aku berusaha agar aku bisa membantu ayahku dalam merubah tabiat batunya menjadi tabiat air yang selalu mengaliri sawah petani, aku berusaha agar bundaku selalu tersenyum gembira tanpa adanya airmata.

Mungkin banyak yang memandang orangtuaku lemah, memandang orangtuaku tak berkarya nyata, memandang orangtuaku layaknya daun yang berguguran, tapi aku tekankan jangan sekali-kali berkata tentang pandangan kalian ke orangtuaku di depanku, karena aku akan geram aku akan marah sekali, karena aku tekankan lagi mereka adalah orangtuaku, bagaimanapun juga dengan segala pandangan kalian.

Home Sweet Home

Ujian dalam hidup terus aku alami. tak tahu kenapa ujian kali ini terasa begitu berat, dari ke-3 kakakku rasanya aku yang paling merasakan ujian berat ini. Ujian berat ini ujian dalam keluargaku, aku masih bingung mencari cari apa yang bisa membuat keluargaku bisa benar-benar harmonis. Sejak aku kelas 7 sekitar tahun 2006 yang lalu, keluargaku rasanya berada diujung pintu keluar. Banyak yang mengira baik-baik dalam keluargaku, namun maafkan kami masih memakai topeng, kami belum bisa berbagi secara gamblang tentang apa yang kami rasakan. Kami masih tertutup dengan apa yang kami alami. Karena kami merasa kami bisa mengatasi ini semua.

Tapi ternyata, setelah sekian lama kita jalani, ternyata belum ada hasil maksimal yang kami dapatkan. Pelaksanaanya masih jauh dari kata memuaskan, hanyalah membuang waktu, tenaga, dan fikiran. Semua pihak masih belum menyatu, masih kekeh dengan apa yang dipegang masing-masing. Yahh itu yang membuat aku sedih menerima kenyataan pahit itu. Air mata, sering tertumpah karena ketidakharmonisan itu. Rasa iri dengan keluarga lain sering hinggap dibenakku, tapi ada daya aku tidak bisa berbuat banyak, keluarga masih melihatku sebagai gadis kecil yang masih bau kencur, belum tahu banyak dunia, hal itu yang membuat keluarga dengan enaknya menyakiti fikiranku.

Hanya kata maaf yang bisa aku lontarkan apabila aku membuat kesalahan terhadap keluarga. Aku merasa masih jauh dari kata sempurna, aku masih sering merepotkan keluarga, membuat mereka kurang bangga kepadaku, namun aku telah berupaya sebisaku, tapi keadaan tidak
harmonis itu yang membuat aku up down, tidak kuat dengan perasaanku sendiri, lebih banyak takut, beda dengan kondisiku sebelum tahun itu. Kadang aku merasa kangen dengan aku yang berprestasi, aku yang tegar, aku yang kuat, aku yang selalu semangat, aku yang sopan, aku yang lugu.

Kini, aku menyadari betapa aku hanyalah setitik debu yang bisa hancur tertiup angin, aku hanya segelintir cerita usang yang siap dibuang, aku hanyalah kain lusuh yang sudah tidak menyenangkan pemakainya. Tapi aku masih punya duri yang siap aku gunakan untuk melawan semua sifat egoku, dan duriku akan selalu aku jaga, agar tidak sembarangan menggunakannya, karena aku sudah melewati rentan waktu yang cukup lama, aku tak mau hal lalu terulang kembali. Persetan dengan apa yang terjadi, persetan dengan semua kata orang, persetan dengan caci makian kalian, persetan dengan sudut pandang kalian.

Kini dengan niat berkobar di jiwa, aku tak ingin keluargaku keluar dari pintu keharmonisan, meskipun aku cewek yang banyak bilang aku lemah, aku akan membuktikan kalau dengan kita bersatu padu, dengan kita turun tangan bersama, dengan kita tidak mementingkan ego masing-masing aku yakin kita akan menjadikan kelaurga ini menjadi keluarga harmoni yang penuh dengan cinta kasih, dan rasa salaing hormat menghormati seperti sediakalanya.

Kamis, 19 Juni 2014

Keluarga Dewata

Inilah keluarga baru saya di Pulau Dewata. Banyak hal yang sudah saya alami dengan mereka, susah, senang, marah, bahagia semua tertumpah dalam satu nama yaitu keluarga.

 

 <<< Salah satu Fasilitator di kelas sayaa dulu, namanya ada di keterangan photo. Fasilitator ini menajdi salah satu fasilitator favorit teman-teman saya, apalgi teman cewek saya. I don't know why?? teman saya bisa sangat serius kalau ada jam pelajaran "si sempai" satu ini. Banyak bidang yang dia kuasai, mulai karate, editing video. Ampuun dahh kalau waktunya karate pulang-pulang badan saya sakit semua, heheh peace sempai. editing videonya sumpahh bagus bangettt (karna saya ndak bisaa) tapi kalau editing photo dia masih kalah sama sayaa :DDD>>>>>


<<<<<< Kalau yang disebelah kanan saya itu namanya Ratih Yosmikha, dia anak pertama dari 3 bersaudara (untuk saat ini). Sebelah kiri saya Syinta Martariansari Kusumastutik anak terakhir dari 3 bersaudara. Mereka berdua ini sangat suka ama karate, tidak sama dengan saya. Mereka berdua mempunyai minat yang berbeda-beda tapi satu yang sama mereka suka masak dan macak #dandan, hehehe. Saat diperantauan awal mereka berdua adalah teman, keluarga saya.>>>>>







Mereka adalah anak-anak Sekolah Berbasis Rumah yang menjadi tanggung jawab saya saat ini dalam mengawal pendidikan mereka. Banyak hal baru yang saya dapat saat bersama saya, mulai tryal error pola pendidikan, samapai saat ini mereka bisa sedikit mandiri dengan minat dan bakat yang mereka punya. Saat ini kami bersama-sama bergandengan tangan, memaksimalkan kinerja agar anak-anak Sekolah Berbasis Rumah ini menjadi anak-anak Generasi Unggulan nantinya.
Dan inilah kami keluarga dewata, bersatu dengan segala perbedaan, suku, marga, dan kasta. Saya berharap kebersamaan ini tidak hanya di photo saja. Harapannya apapun permasalahan yang ada di depan, tidak menjadikan kita goyah sedikitpun. Saya atas nama pribadi dan keluarga meminta maaf apabila ada kesalahan kami yang membuat kaliand sedikit berbeda dengan kami. 

Hitam dan Putih

Awan hitam itu muncul di permukaan
Dengan munculnya dia tiba-tiba alam menjadi gelap
Hening, sepi, hitam dimana-mana
Kehidupan yang awalnya hinar binar, ramaiii
Seakan lenyap dimakan awan hitam

Banyak yang ketakutan tak berani menampakkan dirinya
Mereka yang dulu selalu tampak, kini tiba-tiba bersembunyii
Seperti siput yang ketakutan
Penyesalan tinggallah penyesalan
Mereka kini menyadari betapa hitamnya mereka

Tiba-tiba awan hitam itu berubah
Menjadi sinar terang gemilang
Membuka harapan baru setelah penyesalan
Sinar itu seperti malaikat yang beterbangan
Yang menyinari air-air kehidupan


Puisi pertama saya sejak di Bali, telah lama saya tidak menulis lagi. Puisi ini salah satu puisi yang saya bikin saat ada dia, iya dia semangat dan lawanku.

@for NB

Ketegasanmu tertutup oleh keluguanmu
Kemahiranmu tertutup oleh kondisimu
Keinginanmu tertutup oleh sekitarmu
Bagaimana caramu menutupi semua itu??

Dingin sikapmu, mengalahkan dinginnya kota Bangli
Kebaikanmu, seperti sinar bintang di malam hari
Yang selalu menyinari kegelapan
Menahan amarah malam karena hangatnya senyum sikapmu
Tapi, itu semua hanya segelintir yang terlihat darimu

Dirimu seperti putri malu yang terlalu malu
Seperti orang gagap yang langsung bergerak setelah dihertak
Bahkan seperti kuda lumping yang kesurupan saat menerangkan
Itulah dirimu dengan berbagai sudut pandang


Dia adalah teman, musuh, kerabat, guru, murid, saya. Dia yang mengajarkanku tentang betapa indahnya kepolosan dan kesederhanaan. Dia yang membuat saya terus berupaya membuat perubahan dalam hidup. Dia juga musuh saya, yang membuat saya sering iri dengan segala prestasinya. Dia juga orang yang membuat saya melakukan rutinitas yang sama sekali tidak saya suka, namun dia dengan sabarnya menasehati dan memberi contoh bahwa rutinitas yang saya benci itu banyak manfaatnya. Namun, dia juga yang telah membuat beribu rasa gemetar, curiga, dan pohon waru hadir saat bersamanya. 

Puisi "Malin Kundang"

Pengarang kelahiran Jawa ini, besar di pulau Dewata Bali, hadir dengan nama khas Bali yang sarat makna, dan memulai lagi kegemarannya akan sastra. Banyak hasil karya yang dibuat, mengkisahkan tentang cinta, perjuangan, dan beberapa kisah hidup yang ditulis dalam sajak puisi seperti di bawah ini :)) selamat membaca :)


Cerita guru-guruku
Di masa kanak-kanakku
Memahamkanku akan arti ketaatan dan kedurhakaan

Seperti kisah si Malin yang terkenal
Karena rasa malu pada pasangannya
Karena kekayaannya
Karena harkat strata sosialnya
Dengan hati tertunduk namun muka mendongak 
Mengingkari ajaran mulia leluhurnya
Mengingkari ibu, tempat asal dan besarnya
Maka si Malin pun membatu di tepi lautan

Alegori yang indah
Metafora yang filmis
Kekal diingatan

Makna yang sungguh dalam
Petunjuk yang implikatif
Kadang terlupa
Sering terlupa
Kadangkala, selalu terlupa

Nusantara adalah negerinya orang-orang yang santun
Negeri yang ramah, bersahaja
Mengutamakan gotong royong
Suka menolong dan rela berkorban untuk bangsanya
Jelas tertulis di kurikulum tahun 1984
Juga di brosur-brosur pariwisata

Hari ini
Lihatlah sekeliling, bacalah berita
Seperti itukah adanya
Atau sebaliknya

Di penghujung malam yang sunyi dan damai
Aku tertunduk dalam renungan
Mengingat betapa mantapnya kami menganggung pada pak guru
Mengiyakan metafora filmis yang didongengkannya

Semoga cermin di kamarku ini cukup besar
Supaya gambar utuhku bisa jelas olehku
Supaya gambar utuhku ini bisa jelas olehku
iya. . .  semoga gambar utuhku ini, bisa terlihat jelas olehku

Aku. . .  bangsa yang dulu macan asia
Aku. . . negeri yang kaya alamnya
Santun, ramah, dan dermawan orang-orangnya
Aku. . . negeri yang adil para pemimpinnya
Tenteram damai dan sejahtera rakyatnya
Aku. . . gambaran nirwana yang hijau teduh di bumi ini
iya. . . aku, kami, kita . . .  bangsa nusantara ini

Cerita dan sejarah indah itu adalah masalalu
Cerita dan kisah indah itu adalah harapan masa depan
Cerita dan kisah indah itu adalah energi perjuangan sekarang

Sekarang
Di depan cermin besar di kamar sunyi di ujung malam
Aku bertanya
Kenapa negeriku sekarang seperti ini?
Apakah kami durhaka pada sang Bapak Angkasa
Tidak patuh pada ajaran Tuhan Yang Esa?
Seperti anak nakal yang pakai aturan sendiri
Lalu dihukum oleh Yang di Atas, Bapak Angkasa, Tuhan kita Yang Esa

Sekarang
Di depan cermin besar di kamar sunyi di ujung malam
Aku bertanya
Kenapa negeriku sekarang seperti sekarang ini?
Apakah kami durhaka pada Ibu Pertiwi?
Bumi yang mengandung, tempat lahir dan tumbuh kami
Bumi sang Ibu tempat kita berpijak dan bersandar
Iya kami anak nakal yang salah bersikap pada ibu kita semua
Bumi ini, alam ini, lingkungan tinggal kita ini

Ohhh rupanya di Malin Kundang itu adalah aku
Malin Kundang itu adlah kami
Adalah kita, Nusantara ini
Negeri yang durhaka pada Bapak Angkasa, Tuhan Yang Esa
Negeri yang durhaka pada Ibu pertiwi, bumi alam lingkungan

Si Malin telah dikutuk menjadi batu
Aku bangsa yang diam membatu
Dimata dunia tiada berkata apa-apa
Kami bangsa yang diam membatu
Batu besar yang dipecah dan dipalu bangsa lain
Batu alam yang dipahat dan dipajang
Batu kali yang dijadikan gedung bangsa lain
batu karang yang terhempas badai lautan dunia

Karena durhaka pada Bapak Angkasa
Karena salah pada Ibu Pertiwi
Sekarang aku menjadi batu

Aku tanah yang tandus, kering dan panas
Mendamba angin yang membawa awan
Menurunkan air kehidupan, hujan dari angkasa
Yang menyirami bumi tiap hati ini
Menumbuhkan aneka tanaman 
Menghijaukan alam lingkungan ini

Ohh Bapakku yang di Atas sana
Wahai Ibu Pertiwi yang terkasih
Perkenankanlah kami para Malin Kundang ini
Kembali menjadi anak-anakmu yang manis dan penurut
Perkenankanlah kami untuk kembali
Ijinkanlah kami memulai dari hal kecil, setitik debu ini
Belajar tentang ajaranMu
Berbakti pada negeri
Berbagi untuk sesama
Ampuni kami
Sayangilah kami kembali


Inilah pengarang puisi tersebut :))
Diberdayakan oleh Blogger.
Powered By Blogger

Pengikut