Pages

Senin, 22 Desember 2014

Hari Ibu Desember 2014

Selamat Hari Ibu, Ibu Pertiwi. Masihkah engkau bersusah hati disana? atau engkau sekarang sedang bangga melihat anak-anakmu mulai tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dengan segala romantika dan dinamika perjalanan yang telah anakmu alami.

Teringat saat itu Ibu Pertiwi mengajarkan tentang arti sebuah kebaikan dan kecintaan. Katanya Kasihilah Tuhanmu dengan segenap hatimu,dengan segenap jiwamu, dan segenap akal budimu. Berbuat baiklah kepada sesamu seperti Tuhan berbuat baik kepadamu". (131214)

Kini anakmu telah mengenal dirinya, dengan begitu anakmu telah mengenal Tuhannya. Anakmu telah berupaya seoptimal mungkin agar apa yang telah ia dapat, bisa dimanfaatkan sebagaimana wajarnya, agar anakmu selalu dekat dan tidak jauh dari sistem perputaran roda waktu. Agar apa yang dicintai (baca: nafs) bisa dirahmati oleh Sang Pencipta. Anakmu telah mengalami 2 jalan yaitu jalan kesesatan dan jalan kebenaran. Dari situ anakmu bisa belajar, bisa mengambil pelajaran tentang apa yang telah dialaminya.

Ibu, Ibu Pertiwi berilah restu agar anak-anakmu ini bisa mencontoh engkau sebagai tauladan. Karena engkaulah wakil Tuhan di bumi ini untuk terus menerangi anak-anakmu dengan lilin pelita yang selalu terang. Ku tahu engkau tak pernah lelah mendidik, mengayomi anak-anakmu dengan segala kesabaran yang engkau perlihatkan.


@ruangcarisignal

Kamis, 18 Desember 2014

Tradisi yang berlawanan dengan logika

Pulau yang memiliki banyak budaya, dan alam yang begitu mempesona mata.


Hampir dua tahun setelah menempati pulau ini, banyak hal yang membuat aku geleng-geleng kepala melihat pola perilaku masyarakat yang katanya sudah berpancasila ini. Bagaimana aku tidak geleng-geleng saat melihat segala sesuatu yang baik dan buruk bisa mereka lakukan di waktu yang sama tanpa terlihat ada rasa malu, sungkan terhadap orang yang lain yang bukan dari suku mereka.
Yang kita tahu tradisi adalah kebiasaan yang turun menurun dari leluhur mereka untuk diwariskan dan dilestarikan, namun pertanyaannya begini. Ketika tradisi itu tidak sejalan dengan logika, apakah kita akan terus melestarikan tradisi tersebut? Apakah kita akan berdiam diri melihat hal itu terus terjadi di depan mata kita?

Hukum Negara VS Hukum Adat
Di Negara yang katanya Negara hukum ini, banyak dilihatkan oleh Tuhan tentang adanya hukum dibuat untuk dilanggar bukan untuk ditaati. Hukum Negara tidak merata ke semua daerah yang ada. Keputusan pimpinan pusat tidak berlaku rata kesemua daerah, tidak satu suara pimpinan.
Hukum adat merupakan hukum atau peraturan yang dibuat oleh adat setempat untuk ditaati oleh seluruh masyarakat yang hidup dalam ruang lingkup adat tersebut. Siapa yang melanggar, akan mendapat konsekuensi dari apa yang diperbuat.
Kalau bicara versus di pulau yang katanya banyak dewa ini, hukum adat lebih dominan menang ketimbang hukum Negara. Karena jiwa adat mereka lebih kuat dan lebih banyak pendukungnya. Langsung saja ke contoh kasusnya yaa . .

Sabung ayam 
Bukan hanya di tempat asalku, bahkan banyak di daerah lain yang melihat dan beranggapan kalau sabung ayam itu termasuk kegiatan tercela yaitu judi yang jelas-jelas melanggar dari hukum Negara. Namun sekali lagi, hukum Negara kalah disini.
Mereka terbiasa berkumpul di wantilan atau tempat khusus diadakannya sabung ayam. Banyak mobil mewah yang parkir dan cukup memacetkan jalan. Tradisi ini sudah biasa dilihat. Tua, muda, laki, perempuan tumpah ruah untuk saling menjagokan ayam idolanya. Ratusan juta melayang di tradisi ini wajar banget. Yang tidak wajar adalah kepolisian yang menjadi penegak hukum di Negara ini malah berdiam diri dan seakan menjaga ketertiban dan keamanan berjalannya tradisi sabung ayam ini. Sabar yaa ayam ayamm . .

Cium bibir
Dengan dalih melestarikan budaya leluhur yang sudah ada sejak ratusan tahun, para pemuda pemudi ini akan rela memberikan bibirnya untuk dikecup oleh orang yang tidak mereka kenal betul secara bergantian. Tradisi ini dikenal dengan nama  Omed-omedan yang dilakukan sehari setelah hari raya nyepi. Tradisi ini memiliki tujuan untuk melestarikan tradisi leluhur yang katanya untuk memohon keselamatan dan kesehatan bagi peserta dan penolakan bala bagi desa mereka.

Original atau Duplikasi
Dari kebiasaan menjadi tradisi dan ujung-ujungnya menjadi sebuah budaya. Pulau ini sudah memliki budaya yang sangat diakui oleh dunia. Mulai budaya pakaian tradisional, tarian yang mendunia, bahkan keseniannya yang mulai dilirik oleh Negara-negara asing. Namun, disaat banyak yang melirik, para penerus ini dengan mudahnya terpengaruh oleh budaya asing. Maklum banyak orang bule yang masuk ke pulau mereka. Dari pakaian saja mereka sudah terlihat menduplikasi pakaian dari para pelancong, gaya bahasa mereka yang kebule-bulean, berbahasa asing mah boleh-boleh saja asal tau tempat, pulau mereka seperti kota metropolitan Amerika, minuman keras ada dimana-mana, pakaian terbuka yang memperlihatkan bentuk molek tubuh seakan menjadikan mereka bangga dengan gaya asing itu, padahal mereka punya budaya yang lebih bagus nan sopan.
Sehingga pergaulan bebas menjadi hal biasa yang sehingga kalian tidak perlu geleng-geleng dengan hal ini.

Married by accidents
Hal ini jelas terjadi karena pergaulan yang terlalu membebaskan mereka memilih teman bermain ranjang. Kenapa aku bilang begitu? Kalau kalian tinggal di kost-kostan kalian akan risih melihat tetangga kaliand dengan seenaknya gonta-ganti pasangan tiap minggunya. Hal ini akan menyebabkan mereka hamil duluan sebelum resmi menikah. Ada salah satu statement dari gadis di pulai ini “hamil duluan itu lebih mengirit biasa pernikahan, karena acara adat yang lama dan mahal akan terjadi lebih cepat dan sedikit murah apabila hamil duluan”. Sekali lagi, aku geleng-geleng.

Sebagai manusia yang mempunyai akal pikir yang jernih, bisa dong melihat dan menganalisa mana yang salah dan benar. Kalau bicara mana yang benar, jelasnya yang berasal dari suri tauladan yang datang datangnya dari Sang Hyang Widi Wasa Tuhan Semesta Alam. Padahal pulau ini memiliki tradisi yang lebih patut untuk dilestarikan, yaitu Tri Kaya Parisuda yaitu, segala fikir, kata, dan perbuatan harus sesuai selaras dengan maunya Dia. Namun sayang sekali lagi hal itu hanya terucap dalam dua bibir mereka tanpa adanya aktualisasi yang nyata.

Wajarnya, kita bisa lebih aktif memilih dan memilah diantara banyaknya tradisi yang ada, manakah yang sesuai dengan kehendak dan rencana Dia dalam mewujudkan kasih dan sayangNya untuk umatNya. Jangan hanya jadi generasi PENERUS yang bisanya ngikut arus saja, tapi jadilah generasi PELURUS yang turut serta dalam meluruskan setiap hal yang berbelok dari rel yang seharusnya. 
Diberdayakan oleh Blogger.
Powered By Blogger

Pengikut